Sabtu, 09 April 2011

Our Seoul


Pertama kali liat dia? Merasa ketakutan. Kaget. Tetapi begitu kenal, orangnya sangat baik dan perhatian. Pertama kali ketemu karena peristiwa itu….ya, peristiwa yang cukup amat panjang dan bisa di bilang aku bertemu dengan dia dalam waktu yang cukup lama. Tidak saling mengenal. Bahkan bicara satu patah kata pun tidak. Bayangkan bagaimana aku bisa menyukainya? Dunia ini aneh bukan? Ya sungguh aneh bagiku.

                Peristiwa itu terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Di mana aku bertemu dia di saat hujan deras.

Saat  itu aku sedang berjalan menuju halte bis, karena aku baru saja pulang dari tempat kerjaku. Saat itu aku memang sedang sedih…sedih karena pekerjaan kantorku yang semakin lama semakin memusingkan. Keuangan di kantorku sedang tidak stabil, sehingga kami harus bekerja extra keras agar keuangan kantor itu kembali pulih. Sangat letih. Sangat lelah memikirkan hal tersebut. Karena tidak konsentrasi, aku berjalan dengan uring-uringan dengan sekujur tubuh yang ditutupi dengan kebasahan air hujan. Tiba-tiba saat aku hampir sampai di halte bis tersebut, seorang laki-laki mengikutiku dari kejauhan. Aku merasa ketakutan. sangat ketakutan tepatnya. Tanpa di sadari aku setengah berlari menuju halte bis tersebut dan langsung duduk di tengah kerumunan orang yang sedang menunggu bis. Laki-laki tersebut masih mengikutiku, tapi aku hanya diam dan pura-pura tidak tahu. Aku tidak mau berpikir yang macam-macam. Pikiranku sudah cukup kacau dengan masalah kantor dan aku tidak mau menambahnya dengan kemunculan laki-laki tersebut yang tiba-tiba. Karena merasa cemas, badanku semakin lemas dan kepala sangat pusing.  Tanpa tersadar aku pun melamun.
                Bunyi klakson  bis membangunkan ku dari lamunan. “akhirnya”, batinku. Setelah menunggu lama akhirnya aku dapat bersandar dan dapat menikmati kota seoul pada malam hari. Seperti yang biasa aku lakukan. Nafasku sedikit tenang dan aku tidak lagi cemas. Tapi……….secara tidak sengaja aku menoleh ke kursi penumpang bagian belakang. Aku melihat…..laki-laki itu. Astagaaaaaaaa aku kembali cemas. “Mau apa dia? Kenapa mengikutiku dari tadi?”. Berbagai pertanyaan terngiang-ngiang di otakku. Setelah bis sampai di perempatan lorong rumahku, aku sedikit agak tenang. Aku turun dari bis dengan tergesah-gesah. Mungkin hampir berlari. Tapi….semakin aku berjalan dengan cepat, laki-laki itu juga semakin cepat. Di sela-sela itu aku mengambil nafas, karena nafasku memang ngos-ngosan. *TREP* *aku terjatuh* “OUCH” aku berteriak. Aku meringis kesakitan. Aku kembali menatap laki-laki itu dari kegelapan malam, ternyata dia sudah berada di depanku. Dia membuatku terkejut dan ketakutan.
“MAU APA KAU? PERGI KAU? KALO KAU MAU MERAMPOKKU. AMBIL! AMBIL INI UANGKU!”, pekikku di depannya.
“aku tidak mau apa-apa darimu. Sungguh. Astaga….sebaiknya aku harus membawamu pulang dulu. Di mana rumahmu?”
“JANGAN BOHONG! MAU APA KAU? AKU TIDAK AKAN MEMBERI TAHU DI MANA RUMAHKU”
“ayolah. Tolong. Kakimu itu sedang terluka dan harus segera diobati. Aku berjanji tidak akan menyakitimu. Kau akan baik-baik saja bersamaku”               
“Baik. Aku akan menunjukkanmu di mana rumahku. Ayo ikut aku!”.

Karena pikiranku yang sangat kacau saat itu, aku sampai tidak bisa berpikir jernih. “apa yang aku lakukan? Apa aku melakukan kesalahan? Mengapa aku membiarkan orang asing ini bisa masuk ke dalam rumahku?”, semua penyesalanpun membatin di dadaku.
“Di mana kotak obatmu?”
“Di  dekat meja makan. Kau duduk saja, biar aku yang mengambil.”
“Baiklah.”

Aku pergi mengambil kotak obat dengan jalan tertatih-tatih. Setelah beberapa menit, aku pun kembali ke rumah tamu.
“ini.”
“oke. Sebaiknya kau duduk dulu. Aku akan mengobatimu”
Aku pun menurutinya.
“Mau apa kau mencariku?”
“hmmm sebenarnya ini….eeeeh…..hmmmm….aku ingin mengembalikan sapu tanganmu. Tadi ketika kau berjalan, sapu tanganmu terjatuh. Maafkan aku karena telah membuatmu cemas”
“hah? Sapu tangan? Oh iya….tapi mengapa kau baru mengembalikannya sekarang? Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Aku tidak harus sampai terjatuh seperti ini kalau kau bilang dari tadi”.
“sekali lagi maafkan aku noona. Ngomong-ngomong, siapa namamu?”
“Shinyun. Dan kau?”
“Minhyuk. Lee Minhyuk”.
“Oh oke. Sepertinya aku sudah tidak apa-apa. Dan kau boleh pulang. Terima kasih telah mengantarkan sapu tanganku dan membuatku terjatuh”.
“Baiklah. Sama-sama dan sekali lagi maaf karena telah membuatmu terjatuh. Aku Permisi dulu”

“Dia sudah pulang. Thanks, God”, kataku. “Akhirnya aku bisa beristirahat juga”. Aku saat lelah dan aku hanya perlu tidur untuk menenangkan dan mengisi energy lagi pada tubuh kecil ini. Aku memang tinggal sendirian, tapi aku tidak takut, karena aku punya tetangga yang saat baik hati.
Aku masih bingung, kenapa aku membiarkan dia masuk ke rumahku. Padahal aku tau ini sudah larut malam dan sangat tidak baik membawa tamu ke rumah, apalagi lawan jenis. “Ada apa dengan aku ini?”. Sepertinya pikiranku benar-benar kacau. Dan karena itu aku putuskan untuk tidur.

-- TO BE CONTINUE --

7 komentar:

  1. omonaaaaaaaaaaaaaa!!! bagus vidy :D
    tapi...... terlalu pendek -_- cubo kamu tuh bikin 'our seoul [prolog]' kkk~ cuma saran sih :) bagus loh tapi. fighting! ditunggu part selanjutnyaa

    BalasHapus
  2. huahahahahahha terima kasih nenekku :DD
    oke nanti.....pasti di bikin.
    SIAAAAAP! sedang berjuang ini, gomawo dukungannya :D

    BalasHapus
  3. ayoooooooo adek, bkin part selanjutnyaaaa ;) ditunggu yak oke yak bikin lagi yak yg panjang yak? bimsalabim jadi apa prokprokprok *nganeh* -_-

    BalasHapus
  4. wkwkwk sip sip di tunggu ya :DD
    jadi marmut prokprokprok-_-

    BalasHapus
  5. okeoke adeeek ;) nekjem dak on twitter yo? aduh aku limit -_-

    BalasHapus
  6. wweweweww bagus pipid (´▽`)
    kereen, ini berapa part?

    kekeke~ ditunggu kelanjutannya ye :D
    bagoo bagoo

    BalasHapus
  7. bagus ceritanya kakak ;) tapi sayang singkat bener -_- jadi kurang puas nah.
    kalo menurut aku sih simple jalan ceritonyo konfliknyo kurang gereget ;p *halaaa bahaso aku :D
    maaf bacot :D

    BalasHapus